Sebelum tahun kabisat lalu habis,
Aku bertemu sosokmu bi.
Benar benar aku melihatmu ada pada dirinya. Singkat cerita, begitu inginnya aku kamu temui,
Aku menariknya begitu kuat, sehingga dalm waktu cepat, aku mendapatinya ada di sisiku - Semau inginku.
Kamu begitu manis dalam wadahnya, bahkan kadar sayangku untukmu kali ini juga cukup real,tentu saja bertambah, bersamaan dengan hukum relatifitas yang ada.
Dan kamu masi sama seperti dulu, kamu tak pernah meninggiiku, selalu mengalah untukku, mengiyakan mauku dan tak pernah berani memaksaku begini begitu, kamu hangat dalam dingin, bersinar dalam gelap, lembut dalam tegaran, dan tersenyum tulus untuk segala sikapku yang menjengkelkan.
Hai bi, you are real disitu!
Apa yg dulu pernah kita tuliskan, satu persatu muncul ke permukaan. Mendaki, menyisir pantai, menyelam, bermain angin, balapan, ah... Satu persatu, come be true! And i enjoyed it.
Beberapa kali ak tersadar, kamu yang disini hanya wadah, dan ini bukan kamu.
Tapi ak mnghibur diri, "toh nyatanya tak ada kamu selain dia ini. Ya berarti kamu disitu, bee-ku"
Beberapa koflik muncul, membisikiku dia bukan kamu. Mana pernah kamu Tidak mempercayai aku? Mana pernah kamu tiba tiba menghilang tanpa penjelasan, mana pernah kamu menuduhku yang bukan bukan? Dia bukan kamu bee. Bukan!.
Tapi, masi saja begitu, aku yakinkan diri, dan menghibur diri, dia itu kamu.
Sampai pada akhirnya, aku mengiklaskan kamu tetap dalam wadahnya.
Melabuhkan hati padanya,
Bersenandung padanya.
Tersenyum untuk aromamu padanya,
Percaya padanya, menyayangi padanya, menyayangi padanya,menyayangi padanya.
Dan berharap kamu kembali, seperti sedia kala, lewat wadah nya. Meski aku sudah bosan dalam kepura puraan mengakuimu pdanya. Bi, aku merindukanmu benaran pulang.
.
.
Sebulan sebelum akhir tahun, kau memberiku pertanda lagi, kamu akan pulang, dengan sosokmu yang ada. Semakin yakinlah aku, yang lalu bukan kamu. Itu, hanya imaginasiku, untuk membenarkan kesalahanku.
Dan awal tahun merah,
Lampion menyala.
Sosokmu hadir kembali dengan kejutan yang nyata.
"Hun, aku disini".
Hatiku hampir saja terhabisi oleh kalimat mengejutkan itu.
Antara senang dan bingung,
Dua orang yang sama, dalam wadah berbeda,
Yang satu, hanya wadah. Dan segla sesutunya banyak berubah. Meski berusaha aku mempertahankan, sepertinya tak ayal harus ku lepaskan, tentu dengan rasa terimakasih yang mendalam.
Dan inilah kamu,
Lebah kecil 2008 yang kucuri dari mimpi.
Lebah kecil yang terbang entah kehati setelah itu,
Lalu kembali di akhir Mei, sebelum kabisat ketiga datang di Milenium ini. Dan terus bersanding tawa denganku, smpai aku lupa, ketika itu kau gas pembentuk aurora, yang memang indah tanpa terpegang. Yang mungkin hanya maya selamanya, Meski begitu, aku bahagia. Kau tak pernah bereinkarnasi dari titikmu. Sedekade, tetap jadi pe-nanya hatiku. Hai hatiku, apakabar kamu?
Dan inilah kamu, disampingku, mengajak berjabat tangan, seolah olah tak pernah saling mengenal. kembali ke titik nol dengan kembali menyebut namamu.
Aku terisak tawa sejenak. Dan tertawa lagi dalam kegagapan sikap. namun segera aku bungkam. Karena tak ingin kau tau, aku terlalu gembira karena kehadiran nyatamu.
Welcome back bi,
Ingin kucubiti senyumu yg menahan sayah. Ingin kurobeki topeng kita yang canggung ini,
Dan dengan keahlian senyumku, akan ku kerahkan segala ceriaku, untuk membangkitkan tawamu yang riuh.
ini kamu,
Benar benar dalam wadahmu.
Kamu pulang, kesini. Kehati.
.
Dan mengapa dulu, Berani berani nya kamu menghilang selama setengah kabisat. Mengawasiku begitu saja dari mana mana?
Setelah banyak luka, kamu baru tiba. Macam apa kau bayangi dukanya?
Apa Agar aku bisa membandingkan, mana maya, mana yg nyata?? Mana wadah, mana jiwa?
Mana yang setingan, mana yg benar benaran?
.
Kali ini, kau harus selalu disini.
Jangan hilang lagi. Aku tak mengijini!
Cukup baik baik disitu,
Aku tak mau menemukanmu dalam wadah lain.
Aku tak ingin membayangkanmu dalam sosok lain.
Apa aku sudah nampak membuat permohonan kepadamu bi? Jika begitu, iya-kanlah.
Gunakan waktu waktu ini sepenuh hati, meski mngkin esok hari ini tak datang lagi,
Tertawalah selalu bersamaku,
Melewati kabisat demi kabisat disepanjang milenium wuku.
Tak perlu kita bereinkarnasi, lagi dan lagi. Jadilah kita pemeran diri kita sejati.
East Java,
March'19
Aku bertemu sosokmu bi.
Benar benar aku melihatmu ada pada dirinya. Singkat cerita, begitu inginnya aku kamu temui,
Aku menariknya begitu kuat, sehingga dalm waktu cepat, aku mendapatinya ada di sisiku - Semau inginku.
Kamu begitu manis dalam wadahnya, bahkan kadar sayangku untukmu kali ini juga cukup real,tentu saja bertambah, bersamaan dengan hukum relatifitas yang ada.
Dan kamu masi sama seperti dulu, kamu tak pernah meninggiiku, selalu mengalah untukku, mengiyakan mauku dan tak pernah berani memaksaku begini begitu, kamu hangat dalam dingin, bersinar dalam gelap, lembut dalam tegaran, dan tersenyum tulus untuk segala sikapku yang menjengkelkan.
Hai bi, you are real disitu!
Apa yg dulu pernah kita tuliskan, satu persatu muncul ke permukaan. Mendaki, menyisir pantai, menyelam, bermain angin, balapan, ah... Satu persatu, come be true! And i enjoyed it.
Beberapa kali ak tersadar, kamu yang disini hanya wadah, dan ini bukan kamu.
Tapi ak mnghibur diri, "toh nyatanya tak ada kamu selain dia ini. Ya berarti kamu disitu, bee-ku"
Beberapa koflik muncul, membisikiku dia bukan kamu. Mana pernah kamu Tidak mempercayai aku? Mana pernah kamu tiba tiba menghilang tanpa penjelasan, mana pernah kamu menuduhku yang bukan bukan? Dia bukan kamu bee. Bukan!.
Tapi, masi saja begitu, aku yakinkan diri, dan menghibur diri, dia itu kamu.
Sampai pada akhirnya, aku mengiklaskan kamu tetap dalam wadahnya.
Melabuhkan hati padanya,
Bersenandung padanya.
Tersenyum untuk aromamu padanya,
Percaya padanya, menyayangi padanya, menyayangi padanya,menyayangi padanya.
Dan berharap kamu kembali, seperti sedia kala, lewat wadah nya. Meski aku sudah bosan dalam kepura puraan mengakuimu pdanya. Bi, aku merindukanmu benaran pulang.
.
.
Sebulan sebelum akhir tahun, kau memberiku pertanda lagi, kamu akan pulang, dengan sosokmu yang ada. Semakin yakinlah aku, yang lalu bukan kamu. Itu, hanya imaginasiku, untuk membenarkan kesalahanku.
Dan awal tahun merah,
Lampion menyala.
Sosokmu hadir kembali dengan kejutan yang nyata.
"Hun, aku disini".
Hatiku hampir saja terhabisi oleh kalimat mengejutkan itu.
Antara senang dan bingung,
Dua orang yang sama, dalam wadah berbeda,
Yang satu, hanya wadah. Dan segla sesutunya banyak berubah. Meski berusaha aku mempertahankan, sepertinya tak ayal harus ku lepaskan, tentu dengan rasa terimakasih yang mendalam.
Dan inilah kamu,
Lebah kecil 2008 yang kucuri dari mimpi.
Lebah kecil yang terbang entah kehati setelah itu,
Lalu kembali di akhir Mei, sebelum kabisat ketiga datang di Milenium ini. Dan terus bersanding tawa denganku, smpai aku lupa, ketika itu kau gas pembentuk aurora, yang memang indah tanpa terpegang. Yang mungkin hanya maya selamanya, Meski begitu, aku bahagia. Kau tak pernah bereinkarnasi dari titikmu. Sedekade, tetap jadi pe-nanya hatiku. Hai hatiku, apakabar kamu?
Dan inilah kamu, disampingku, mengajak berjabat tangan, seolah olah tak pernah saling mengenal. kembali ke titik nol dengan kembali menyebut namamu.
Aku terisak tawa sejenak. Dan tertawa lagi dalam kegagapan sikap. namun segera aku bungkam. Karena tak ingin kau tau, aku terlalu gembira karena kehadiran nyatamu.
Welcome back bi,
Ingin kucubiti senyumu yg menahan sayah. Ingin kurobeki topeng kita yang canggung ini,
Dan dengan keahlian senyumku, akan ku kerahkan segala ceriaku, untuk membangkitkan tawamu yang riuh.
ini kamu,
Benar benar dalam wadahmu.
Kamu pulang, kesini. Kehati.
.
Dan mengapa dulu, Berani berani nya kamu menghilang selama setengah kabisat. Mengawasiku begitu saja dari mana mana?
Setelah banyak luka, kamu baru tiba. Macam apa kau bayangi dukanya?
Apa Agar aku bisa membandingkan, mana maya, mana yg nyata?? Mana wadah, mana jiwa?
Mana yang setingan, mana yg benar benaran?
.
Kali ini, kau harus selalu disini.
Jangan hilang lagi. Aku tak mengijini!
Cukup baik baik disitu,
Aku tak mau menemukanmu dalam wadah lain.
Aku tak ingin membayangkanmu dalam sosok lain.
Apa aku sudah nampak membuat permohonan kepadamu bi? Jika begitu, iya-kanlah.
Gunakan waktu waktu ini sepenuh hati, meski mngkin esok hari ini tak datang lagi,
Tertawalah selalu bersamaku,
Melewati kabisat demi kabisat disepanjang milenium wuku.
Tak perlu kita bereinkarnasi, lagi dan lagi. Jadilah kita pemeran diri kita sejati.
East Java,
March'19
Komentar
Posting Komentar