Langsung ke konten utama

Kisah Awan, Untuk Kehidupan



Tadi saat senja, sebelum Matahari benar-benar tenggelam, aku mengamati awan di atas sana.
Aku berfikir sejenak mengamati mereka. “Hei, kenapa dari air mau-maunya ia jadi awan? Yang tidak jelas, ia akan kemana. Bukankah lebih nyaman tinggal di lautan, yang sudah pasti bisa member kehidupan bagi mahluk di dalam laut. Stop, kalau kau putuskan jawabannya, “Ini karena takdir” maka, tak aka nada yang bisa dipetik dari kisah awan. Bila lautan ku katakana sebagai Surga (Surga bagi air)
Dari sanalah manusia hadir . Manusia awalnya di ciptakan untuk menikmati surga bukan?. Kenapa awan harus menjadi uap dan terombang-ambing di langit sana….?
Seperti itu juga mungkin manusia ya? Dari lahir (baca, dari air menguap ke awan), manusia masih benar-benar suci…
Ketika terkondensasi, beda tekanan.. akhirnya ia bisa kembali jadi air (manusia dewasa yang berakal). Namun tak semudah itu bukan, untuk si air (manusia) menuju kembali ke lautan (surga)??
Ia harus di uji, mengaliri sungai dengan berbagai hambatan. bukankah ujian akan membuktikan jati dirinya yang sesungguhnya, dengan di uji, air nantinya akan masuk ke pemilahan berikutnya, apa ia termasuk air bersih (orang yang baik-lebih baik), atau air kotor (orang jahat atau orang yang kalah dalam ujian hidup).
Sekali lagi saya katakan, si air benar-benar di uji, mengaliri sungai dengan berbagai hambatan, bercampur dengan polusi, limbah ( Jika ia tak benar-benar hati-hati, maka selamanya ia tak akan bisa kembali ke lautan ). Mengendap disana, dan kering (mati tak berguna-penuh dosa). Namun, bila air itu mengalir di tempat yang benar, walau banyak rintangan, (terserap oleh tumbuhan, diminum manusia, dll). Namun, ia tetap kokoh iman, menyadari bahwa ia harus tetap jadi air, dan tau tujuannya – LAUTAN!
Terus mengalir dengan ikhlas, kukuh, teguh, hingga di uji di muara (masa tua seseorang) yang cukup melelahkan.
Di sini,, bila si air tak bersabar, bisa jadi ia kembali terpental kea rah limbah muara (pernah lihat muara kan? Betapa banyak kotornya, ketimbang bersihnya, sampah dimana-mana bukan?)---Airpun susah mengalir disana (pelan dan sangat tenang)
*** heheheheehe, makanya buaya suka tinggal di muara bukan? :P
Eit,, balik lagi…
Kalo benar-benar sabar , menunggu dengan ikhlas , air pun akan selamat dan menuju samudra yang indah.
 Bebaaaassssss…. Tanpa takut pada limbah, di serap tanah, atau tersesat di comberan.

Jawab aku, Apa begitu juga manusia??
**************************************Finish*******************************
Mischa Christy
Agustus 2014


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SIAPAKAH RATU KENCANA WUNGU SEBENARNYA?

Jika saya di tanya, siapakah   Kencana Wungu sebenarnya? Secara logis, saya akan menjawab, “Saya gak tau, karena pada masanya, saya belum menulis,dan memang belum ada”. Ah, hanya bercanda saja, ada beberapa sumber yang menceritakan tentang Ratu Majapahit ini. Ada yang mengatakan bahwa Kencono wungu adalah TRI BUANA TUNGGA DEWI (Ibunda Hayam Wuruk ), ada pula yang mengatakan bahwa beliau hidup pada masa Islam datang ke Nusantara, ada pula yang menceritakan bahwa beliau adalah Ibunda dari SUNAN GIRI (Pendiri Giri Kedaton ), nah di tulisan kali ini saya akan menceritakan yang versi Kencana Wungu, ibunda dari Sunan Giri. Majapahit adalah sebuah kerajaan besar yang didirikan pada tahun 1293 Masehi oleh Raden Wijaya yang bergelar Sri Kertarajasha Jayawardhana. Wilayahnya membentang dari ujung utara pulau Sumatera, sampai Papua. Bahkan Malaka yang sekarang dikenal dengan nama Malaysia termasuk ke dalam wilayahnya. Pada jaman itu bangsa Majapahit pernah menjadi negara adiku...

Sang Maha Tahu

Bagai Kemarau di tengah-tengah musim Penghujan Panasnya mendidih, mengguyur. Kami hanya bisa tertawa beku, menahan sakit yang luar biasa dan akhirnya menjadi terbiasa Kami hanya mencoba menangis dengan air mata yang ikut mengering bersama iring-iringan doa-doa Dan Engkaupun pasti tahu, Apa yang sebenarnya kami mau! Dan Engkaupun pasti mengerti, Apa yang terbaik untuk kami! Kami hanya bisa tertawa beku, menahan sakit yang luar biasa dan akhirnya menjadi terbiasa, Kami hanya mencoba menagis dengan air mata yang ikut mengering bersama iring-iringan sang waktu Dan Engkaupun pasti tahu, Hati kami masih hidup di temani sebuah harapan yang menderu Jiwa kami masih berlomba-lomba melantunkan doa-doa dengan beribu makna, Tuanku,Sang Maha Tahu Akankah musim yang tak menentu ini cepat berlalu Secepat detakan jantung kami yang sudah berkarat? Bagikanlah cuaca yang bahagia, sebagai pengobat musim yang melukai kami ini, Atau tetapsajalah begini.. Sampai Engkau memvoni...

DEAR KAMU, Sahabat Shalihahku yang HEBAT

To do Point aja yach,kagak usah pake pembukaan… Temans.. akhir2 ini aku sering mendengar banyak cerita dari teman2,saudara2 nan jaoo di matooo dan juga di berita2 gitu, bahwa banyak kasus perceraian yang di sebabkan oleh “ permasalahan ekonomi”. Eitss..bukan maksud mencampuri/membicarakan masalah orang lain temans,tapii setidaknya kita perlu tau agar kelak kita tidak mengalami nasib yang sama. Ada beberapa macam akibat yg akan muncul dari permasalahan “kekurangan perekonomian ” dalam rumah tangga, salah satu dampak terbesarnya adalah sampai ke sebuah situasi perceraian. Mungkin di awali dari sosok Istri yang menuntut jatah belanja terlalu tinggi, istri yang tidak mau tau dengan keadaan suami, istri yang “berselingkuh” dg laki-laki yg lain dg alasan dapat jatah “shoping” tambahan dari sang lelaki lain, istri yang memandang rendah derajat suaminya gara2 gaji sang suami lebih rendah dibanding gaji sang istri, dan lain-lain. Lalu harus bagaimana? Ya beginilah isi dunia y...