Langsung ke konten utama

Dari titik rendah (pantai), meelalui titik tinggi (gunung)

Bismillah. Semoga ini bukan masuk kisah horor, mistis dan lainnya ya.
Setelah sekian hari, baru bisa menceritakan pengalaman ini.
Pengalaman 2019 terKEREN di hidup saya.
Awalny sy kira, pengalaman pileg adlh pengalaman yg paling hits d thn 2019, ternyata tidak.
sebelum akhir tahun, Tuhan kasih hadiah pengalaman manis lagi untuk sy.
.
Jadi ceritanya, kami dari Pacitan, pantai2 indah itu jam 4an pulang menuju Blora. karena capek, sy ketiduran. Bangun2 dah sampe jl nasional wonogiri. Jalan yg ketika berangkat td tidak kami lalui.
Dik bintang yg pegang kemudi, cukup santai njawab "santai, ak pke Gugel mep".
Kami berhenti sebentar d suatu masjid, ashar dan makan bentar. Singkat cerita, seusai isi BBM, kami mantep lewat jalur alternatif di map. Sy lihat teman2 di kursi belakang sudah pada pules, ngga serame tadi. Ketika kami masuk ke jalur alternatif, jam menunjuk pukul 17.25 wib. masi terdengar suara dek Niar "Bin, nnt ttep jd belanja ke madiun ya!",
"Astagfirullah, ujan. Moga2 selamet" Niar berucap lagi.
"Mbak...ga usah nyebut... Marai aku deg degan, wedii nek krungu wong nyebut". Jawab dik bintang sambil cengengesan.
.
Jalan masih lebar, hujannya tetap turun sedang. Di depan nampak pemandangan gunung2 nan indah, di samping pemandangan mentari yg tenggelam. Benar2 view yang Cantik. "Kayaknya kita dah masuk magetan". Kata bintang.
Saya berfikir, bisa jadi ini magetan,brrti adik2 masih nyandak i madiun. Jalan mulai sepi dan gelap. Tapi masih nampak lebar.
Jalannya mulai menanjak,terus dan terus,
Sampe di suatu titik, signal GPS hilang. Saya mulai deg deg an, "mbak, ac pateni. Koco bukak" sy nurut sj. krn melihat dek bintang jg dah mulai panik.
Kami berdua mulai sadar, kami berada di suatu jalan yg sempit, gelap, tanjakan, licin. Ya Allah... Kalaau membayangkan lagi, sy masih deg deg an.
"Mbak2 niar, nyebut lagi mbak. Ini waktu yg tepat buat berdoa". Sy mmbangunkan Niar dan adik adik yg lain. "Dek2, bntu berdoa, kita di atas gunung kayaknya ini".
Jalan yg kami lalui sempit, kanan kiri nampak jurang, tidak ada kendaraan yg lain. "Ya Allah, di dunia apa kami ini" sy mmbatin dlm hati. Bintang yg megang kendali gak henti2nya nyebut, "Ya Allah, belum sholat magrib ya Allah, pengen pulang, dosaq ijek akeh ya Alah, astagfirullah...."...
"Mbak.. atakman goro2 kita mbawa air laut? Jangan2 d suruh balikin?". Kata bintang mengagetkan.
Disaat2 horor sperti ini, bisa bisanya dia nambah nakuti kami. Benar juga .. tadi kami berburu bintang laut, ambil air lalu kita wadahi botol2. Karena besok kami rencana mau beli ikan nemo.
Lamunan sy kembali memudar, ketika dengar bunyi ban tergelincir (ngosel). Sy kmbali deg deg an. Melihat arah jendela.... MasyaAllah...indah sekali pemandangan langit Magrib yg kemerah2an d antara pohon2, benar2 indah meskipun hujan..awan2nya juga cantik. Sy bergumam dalam hati, apa ini Kahyangan?
.
Sy menenangkan diri, dan adik2 yg lain. "Sudah gak papa. Jalan aja. InsyaAllah nnt ktemu jalan besar".
"Mbak mbalik ae ya!". Kata bintabg
"Ya gak mungking kiter to le.. dalane ngene. mudnur sitik wae kene klorot". "Ga popo.. alon2, iso2". Sy kembali menenangkan bintang.
Adik2 yg sedari tadi d perjalananna cengengesan lucu2, kali ini klekep ga ad suara. Cm terdengar bisikan doa doa saja d rmereka.
Beberapa menit kemudian...di turunan, kami menemui rumah2 kosong sepertinya. Tp lampu menyala temaram. Sy minta berhenti sebentar. Dan turun..ingin tanya...kemana arah nya nanti. Tp sy ketok2 sm skli g ad ornag.
Sy kmbali deg deg an.
Lalu jalan lagi .
Jalan masi berupa turunan curam. Tp sdh agak melebar.
Akhirnya bertemu mobil lain. Di hentikan dik bintang, lalu tanya..apa di depan ad japan besar.
Kami bersyukur bertemu harapan baru.
"Di depan ada desa jatiroto, teruss... Nnti smpai jalan besar".
Bintang mulai nampak semangat lagi.
Tidak sampai 30 menit, menuruni jalan yg curam, kami smpai d sebuah pedesaan. Sy cari warung yg buka. Lalu tanya, kami ada dimana ini.
"Ini jatiroto mba"
"Kabupaten nya mana pak? Ngawi atau magetan?"
"Bukan mba, ini Wonogiri"
Sy berterimakasih, lalu kembali ke mobil. Sy agak syok, krn berharap kami sdh smpe magetan, tapi nyatanya kami tak beranjak dari wonogiri.
Kani jalan lagi sesuai arahan bapak di warung.
Jalan pedesaan biasa, sepi kendaraan. Kami melaju dengan kecepatan sedang. Kami lihat sudh jam 18.30an.
Kami memutuskan keluar dari desa itu dulu, baru cari masjid.
Jam 19.30 an kami kembali dapat signal, dan masuk ke arah kota lagi. Cari spbu, lalu sholat dsana. "Aku moh nanggo gugel mep neh, tak telp koncoku ae".
Kebeneran tmnnya bintang ad tg tinggal dekat wonogiri. Kalo lihat google map, kami bs jalan skitar 3jam an menuju rumah. Tp di telursuri lewatnya arah magetan, gunung2 lagi. bintang gak mau, "kita lewat jalan yg sudah pasti saja. Lewat Ponorogo kota. Suwi lak wis.. dr pada lewat jurang2 maneh".
Sy mengiyakan sj.
Kami sangat bersyukur bisa selamat.
.
.
Dari pengalaman ini, sy bersyukur, menemukan pemaknaan baru...
Jalan yang nampak cantik, gunung2 yg posisinya nampak tinggi, yg nampak indah, belum tentu membahagiakan bila kita berada didalamnya, apalagi yg tnpa persiapan dan kesiapan yg matang (malah menakutkan).
Disini Tuhan mungkin ingin mengajarkan kepada kami,
Kedudukan yg tinggi, yg nampak indah dipandang, bisa jadi, bila kita mencapai ketinggian itu, justru akan menakutkan, akann dilanda cemas, dan was was.
.
.
Untuk apa berada di tempat yg tinggi, di pemandangan yg indah, bila tak bahagia.
Jika dulu sy sll menuliskan "mari menuju kebaikan yg lebih indah," per akhir 2019 ini, akan sy UBAH menjadi "Mari melangkah dengan baik, membawa kebaikan, yg membahagiakan"


Karena Indah, belun tentu bahagia.


Nb. Gunung yang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SIAPAKAH RATU KENCANA WUNGU SEBENARNYA?

Jika saya di tanya, siapakah   Kencana Wungu sebenarnya? Secara logis, saya akan menjawab, “Saya gak tau, karena pada masanya, saya belum menulis,dan memang belum ada”. Ah, hanya bercanda saja, ada beberapa sumber yang menceritakan tentang Ratu Majapahit ini. Ada yang mengatakan bahwa Kencono wungu adalah TRI BUANA TUNGGA DEWI (Ibunda Hayam Wuruk ), ada pula yang mengatakan bahwa beliau hidup pada masa Islam datang ke Nusantara, ada pula yang menceritakan bahwa beliau adalah Ibunda dari SUNAN GIRI (Pendiri Giri Kedaton ), nah di tulisan kali ini saya akan menceritakan yang versi Kencana Wungu, ibunda dari Sunan Giri. Majapahit adalah sebuah kerajaan besar yang didirikan pada tahun 1293 Masehi oleh Raden Wijaya yang bergelar Sri Kertarajasha Jayawardhana. Wilayahnya membentang dari ujung utara pulau Sumatera, sampai Papua. Bahkan Malaka yang sekarang dikenal dengan nama Malaysia termasuk ke dalam wilayahnya. Pada jaman itu bangsa Majapahit pernah menjadi negara adikuasa.

JINGGA DI UFUK BARAT

hai hatiku, apakabar kamu? “Kau cintaku, yang tak perlu ku perbandingkan, bilapun aku harus membandingkanmu, maka mereka pembanding yang pernah kupilih memiliki bilangan 0, yang membuat kau tetap bernilai 1 di hatiq. Satu per Nol, tak terhingga   cintaku   untukmu” _____________________________________________________________ Juli 2015 – Ah,tak apalah! “Yoshi namamu,seseorang yang diam-diam ku perhatikan memperhatikanku,senyumku, tatapanku,tawaku, tingkahku,keberadaanku tak lepas dari rekam matamu yang merindingkan,menggelitik dan menarikku ke duniamu hingga kita dekat, walau ku rasa kita telat untuk berikrar kan sahabat, satu, dua tiga bulan pertama,cukup terlalu lama rupanya mencipatakan gravitasi nyaman antara kita. Ah, tak apalah, tak perlu kan mempermasalahkan hal seperti ini? Bukankah perlu waktu untuk mempertemukan lautan dengan langit melalui awan? Selamat datang ke duniaku, kamu! Agustus 2015 – Hai hatiku, Apakabar kamu? Rupanya, kamu

Lelahmu Kan Tergantikan Bu!

Aku tahu hari ini  pasti akan datang, hari dimana aku akan melihat Ibu tercintaku terbaring kaku dengan senyum kedamaian dihadapanku. Aku terus memandangi wajah itu, karena aku tahu inilah saat terakhirku melihat senyum itu hadir nyata di hadapanku, setelah ini, tak tahu kapan lagi. Senyum itulah yang dulu selalu menyamangatiku, senyum itulah yang dulu selalu dihadiahkan untukku ketika Ibu melihat tingkahku yang lugu, tingkahku yang menyenangkan ataupun tingkahku yang melelakan. “ woalah Ran, kalo besok gag jadi wong sugih, rugi kamu!” . Aku masih ingat benar kalimat yang ibu ucapkan saat aku masih kecil dulu, ketika melihatku merengek meminta gendong ataupun diam-diam aku mengikuti ibu ke sawah lalu diam-diam pula aku naik keatas punggungnya. Entah mengapa, saat itu aku suka sekali menjahili ibu, membuat ibuku jengkel padaku, lalu dengan nada kesal ibu mengucapkan kalimat itu. Aku tersenyum kecil mengingat kejadian-kejadian masa kecilku bersama beliau.  “Bu, Ibu belum berkata itu lag