Langsung ke konten utama

Pasti ada sisi baik

Tiap tiap yg kau anggap buruk pun, mungkin masih ada sisi baik. Mari belajar melihat sisi baik.

Menyalin sebagian cerita dari budayawan sujiwo tejo, tentang cerita RAhmayana,
Saya ingin menyampaikan bahwa, jangan hanya melihat sisi buruk seseorang atau suatu tokoh d kehidupan kita, tetap pelajari dan maknai hal hal positif yg ada padanya. Dengan begitu kita akan terhindar dari rasa dengki, rasa marah, rasa jahat yg mmbuat kita tercerai berai dg yg lain.
.
.

Rahwana adalah Penjahat. Rama adalah pahlawan. Kredo yang sudah mendarah daging ini MUNGKIN benar. Namun dalam urusan cinta, (sekali lagi dibatasi dalam urusan cinta,sisi positifnya) kredo tersebut mungkin bisa diperdebatkan.

Karena saya percaya bahwa manusia itu punya dua sisi (tidak ada yang sepenuhnya hitam, tidak ada yang sepenuhnya putih), coba sekarang kita melihat dari sisi Rahwana atau dari sisi orang lain yang kita tak bisa melihatnya.

Dalam sebuah kisah epik diceritakan, Rahwana hanya mencintai satu wanita, Dewi Setyawati namanya. Hingga kemudian sang dewi meninggal dan kemudian menitis ke dewi Sinta. Rasa di hati Rahwana selalu tersimpan utuh. Hingga akhirnya sang waktu mempertemukannya dengan Sinta, yang sayangnya sudah menjadi istri Rama, raja Ayodya, karena memenangi sayembara di kerajaan Mantili.

Melihat cinta sejatinya sudah menjadi milik orang lain, Rahwana tinggap punya dua pilihan: merelakannya atau merebutnya dengan taruhan apa pun, bahkan nyawa. Dan, Rahwana memilih pilihan kedua.

Sinta pun diculiknya dan dibawa pulang ke Alengka. Selama tiga tahun disekap, Sinta diperlakukan bak ratu oleh Rahwana. Meski dia bisa memaksa atau bahkan memperkosa Sinta, Rahwana tak pernah mau melakukannya. Rahwana tahu, cinta sejati tak butuh dipaksa.

Dia pun tak pernah menyentuhnya. Menunggu. Menunggu adalah hal terbaik agar sang dewi tak terluka hatinya. Agar sang dewi mencintainya sepenuh hati. Suatu saat nanti. Entah kapan. Padahal dia tahu benar bahwa titisan Dewi Setyawati itu terlahir begitu setia pada suaminya.

APA YANG DATANG DARI HATI AKAN SAMPAI KE HATI

Setiap hari Rahwana mendatangi Sinta dengan beragam puisi. Dia selalu minta maaf karena telah menculiknya. Semua itu dilakukan semata mata karena cinta dan ingin menjadikan Sinta sebagai permaisuri, satu-satunya istri terkasih. Namun, Sinta selalu menolak.

Apa yang datang dari hati, pasti sampai ke hati. Sekejam apa pun Rahwana, ketulusannya pelan-pelan dirasakan oleh Sinta. Selama dirinya di Alengka, Rahwana berubah menjadi baik dan murah senyum sehingga mengubah suasana kerajaan menjadi baik pula dan penuh kedamaian. Sinta mulai tergoda tapi di sisi lain dia tak mau mengkhianati suaminya. Namun, hingga hampir tiga tahun lamanya, kenapa Rama tak kunjung juga menyelamatkannya? Apakah suaminya sudah tak mencintainya lagi?
Duhai wanita terkasih, kamulah satu-satunya wanita yang terpatri di tulang dan tercetak di jantung. Aku siap mati untukmu,” kata Rahwana penuh harap kepada Sinta. Sinta menjawab, "Jujur. Aku sebenarnya juga mencintaimu. Kamu selalu memperlakukanku dengan baik. Tapu aku juga tak mau menghianati cinta suamiku. Jika kamu mencintaiku, tolong relakanlah aku dan kembalikanlah aku kepada suamiku."

Kata-kata Sinta ibarat mantra yang menyihir Rahwana. Sebab, selama hidupnya, hanya kata-kata itulah yang dinanti. “Baik, jika itu maumu, sebagai ksatria, aku akan berduel satu lawan satu dengan Rama. Jika dia bisa mengalahkanku, maka aku akan mengembalikanmu kepadanya,” tegas Rahwana.

Ketika Rama datang dengan balatentara wanara plus hanoman, dengan gagah berani Rahwana menyambutnya. “Aku mencintai Sinta, Rama! Aku akan melakukan apa pun untuknya. Aku benar-benar mencintainya, bukan sepertimu yang menikahinya hanya karena berhasil memenangkan sayembara. Semua perbuatanku yang kau sebut ‘mengacau’ sebenarnya adalah usahaku dalam rangka mendapatkan kembali Sinta.”

Singkat kata, pertarungan pun terjadilah. Dengan dibantu Hanuman, berhasil mengalahkan Rahwana dan membunuhnya. Sinta yang cantik pun kembali jadi miliknya. Sinta senang bukan kepalang. Dia lari menghambur ke pelukan Rama. Namun, sambutan Rama justru mengagetkannya. Rama curiga, jangan-jangan Sinta telah dinodai Rahwana.

Berkali-kali Sinta menjelaskan bahwa dirinya masih suci. Rahwana tidak sekali pun pernah menyentuhnya. Tapi Rama tak juga percaya. Hingga akhirnya, Sinta nekat membuktikan kesuciannya dengan menceburkan diri ke bara api. Karena dia masih suci, api tak bisa membunuhnya. Barulah setelah itu Rama baru mau menerimanya kembali.


Tinggal kemudian sukma Rahwana yang menangis sejadinya karena nestapa cinta. Kenapa takdir tidak memilihnya? Andai dia ikut perlombaan di Kerajaan Mantili, niscaya Sinta menjadi miliknya. Pasalnya, kesaktian Rama masih jauh di bawahnya. Kenapa pula Sinta memilih pria yang tidak mempercayainya 100 persen? Sementara bagi Rahwana, Sinta ternoda atau tidak, cantik atau tidak, dia tetap akan mencintainya.
.
.
Kamu, sudahkah begitu?
Mencintainya tanpa ada dendam?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SIAPAKAH RATU KENCANA WUNGU SEBENARNYA?

Jika saya di tanya, siapakah   Kencana Wungu sebenarnya? Secara logis, saya akan menjawab, “Saya gak tau, karena pada masanya, saya belum menulis,dan memang belum ada”. Ah, hanya bercanda saja, ada beberapa sumber yang menceritakan tentang Ratu Majapahit ini. Ada yang mengatakan bahwa Kencono wungu adalah TRI BUANA TUNGGA DEWI (Ibunda Hayam Wuruk ), ada pula yang mengatakan bahwa beliau hidup pada masa Islam datang ke Nusantara, ada pula yang menceritakan bahwa beliau adalah Ibunda dari SUNAN GIRI (Pendiri Giri Kedaton ), nah di tulisan kali ini saya akan menceritakan yang versi Kencana Wungu, ibunda dari Sunan Giri. Majapahit adalah sebuah kerajaan besar yang didirikan pada tahun 1293 Masehi oleh Raden Wijaya yang bergelar Sri Kertarajasha Jayawardhana. Wilayahnya membentang dari ujung utara pulau Sumatera, sampai Papua. Bahkan Malaka yang sekarang dikenal dengan nama Malaysia termasuk ke dalam wilayahnya. Pada jaman itu bangsa Majapahit pernah menjadi negara adikuasa.

JINGGA DI UFUK BARAT

hai hatiku, apakabar kamu? “Kau cintaku, yang tak perlu ku perbandingkan, bilapun aku harus membandingkanmu, maka mereka pembanding yang pernah kupilih memiliki bilangan 0, yang membuat kau tetap bernilai 1 di hatiq. Satu per Nol, tak terhingga   cintaku   untukmu” _____________________________________________________________ Juli 2015 – Ah,tak apalah! “Yoshi namamu,seseorang yang diam-diam ku perhatikan memperhatikanku,senyumku, tatapanku,tawaku, tingkahku,keberadaanku tak lepas dari rekam matamu yang merindingkan,menggelitik dan menarikku ke duniamu hingga kita dekat, walau ku rasa kita telat untuk berikrar kan sahabat, satu, dua tiga bulan pertama,cukup terlalu lama rupanya mencipatakan gravitasi nyaman antara kita. Ah, tak apalah, tak perlu kan mempermasalahkan hal seperti ini? Bukankah perlu waktu untuk mempertemukan lautan dengan langit melalui awan? Selamat datang ke duniaku, kamu! Agustus 2015 – Hai hatiku, Apakabar kamu? Rupanya, kamu

Lelahmu Kan Tergantikan Bu!

Aku tahu hari ini  pasti akan datang, hari dimana aku akan melihat Ibu tercintaku terbaring kaku dengan senyum kedamaian dihadapanku. Aku terus memandangi wajah itu, karena aku tahu inilah saat terakhirku melihat senyum itu hadir nyata di hadapanku, setelah ini, tak tahu kapan lagi. Senyum itulah yang dulu selalu menyamangatiku, senyum itulah yang dulu selalu dihadiahkan untukku ketika Ibu melihat tingkahku yang lugu, tingkahku yang menyenangkan ataupun tingkahku yang melelakan. “ woalah Ran, kalo besok gag jadi wong sugih, rugi kamu!” . Aku masih ingat benar kalimat yang ibu ucapkan saat aku masih kecil dulu, ketika melihatku merengek meminta gendong ataupun diam-diam aku mengikuti ibu ke sawah lalu diam-diam pula aku naik keatas punggungnya. Entah mengapa, saat itu aku suka sekali menjahili ibu, membuat ibuku jengkel padaku, lalu dengan nada kesal ibu mengucapkan kalimat itu. Aku tersenyum kecil mengingat kejadian-kejadian masa kecilku bersama beliau.  “Bu, Ibu belum berkata itu lag