Semakin bertambahnya usia seseorang biasanya bertambah pula tingkat kedewasaan dan kematangan berfikirnya. Mungkin ketika kita masih lekat dulu, kita masih kanak-kanak yang dengan mudahnya melakukan perjanjian seenaknya tanpa memikirkan ujungnya. Saya memiliki satu contoh kisah;
“Saya berjanji tidak akan memiliki pacar
lain selain kamu” Kata si cewek, gayung bersambut, cowokpun berikrar hal yang
serupa, mereka pun tidak yakin satu sama lain dapat benar-benar saling memiliki
di suatu hari nanti. Dan anehnya, ternyata benar, mereka tidak pernah bersatu
saudara-saudara, mereka menikah dengan orang lain, satu sama lain, sehingga si
cewek memutuskan untuk menikah tanpa pacaran (mengenal lebih dalam tentang
calonya) dan si cowokpun menikah tanpa
pacaran. Apa anda pikir kisah mereka usai? Tidak, mereka benar-benar memegang
teguh perjanjian itu. Saling support satu dengan yang lain, sampai saya sendiri
bingung harus menamai kisah mereka dengan apa. Di namai selingkuh, tapi kog
mereka bukan pasangan mesum, atau sayang-sayangan tanpa sepengetahuan pasangan
sahnya. Di namai sahabatan, tapi kog mereka saling setia satu sama lain,
memendam perasaan kasih yang tak ternilai, di namai pacaran, tapi kog ya gag
ada ujungnya.
Si cowok di Mamuju, Sulawesi Barat. Si
cewek di Semarang, Jawa Tengah. Peluang untuk bertemu bukankah tetap ada? Tiket
pesawat bukan barang yang langka dan mahal bukan?. Tapi perjanjian tetaplah
perjanjian. Seakan kontrak yang belum habis, si cewek-cowok berikrar, tidak
akan mengganggu rumah tangga masing-masing,tidak boleh bertemu sebelum semua
cita terwujud. Apa yang terjadi, selama beberapa tahun, si cewek dan si cowok
saling bekerja keras untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita mereka
masing-masing. Hei, sebenarnya saya jadi
ingat yang di katakana Ipho Santosa dalam bukunya , bahwa “Kesuksesan seorang
laki-laki pasti ada wanita di belakangnya, wanita itu adalah istrinya, BUKAN
SELINGKUHANNYA!”. Saya ingin sedikit menyanggah itu sich bang Ipho, maaf ya,
kisah saya ini benar-benar terjadi pada sahabat saya, Kesuksesan si cowok
karena ada wanita di jauh sana yang menyupport dan memotivasinya, dan cewek itu
adalah pacarnya, bukan ISTRINYA. Nah lho…. Ada-ada saja kan? Ya ini lah dunia
sob,, isinya macam-macam. Mau cari apa saja ada. Yang gag ada adalah nyari
sodara kembar saya, karena saya Cuma satu sob, kecuali ada yang mau ngloning
saya :P
Kontrak pun usai, setelah si cewek pindah
ke Surabaya dan si Cowok di pindah tugaskan ke Makasar. Mereka benar-benar
menyibukkan diri dengan pekerjaan di dunia baru mereka. Dan mereka pun akhirnya
sadar, ini harus di hentikan. Tau kenapa sob? Karena si cowok kembali sama
istrinya di Makasar (Full di urusi dari pagi sampai malam). Dan si Cewekpun
menemukan laki-laki yang lebih baik dari suaminya yang terdahulu, dan menikah
lagi.
Bagaimana? Sudah ketemu Conclutionnya?
Adakah Meditasi yang kita dapat?
Iya sob, cewek dan cowok tersebut bisa
bertahan saling support satu sama lain, karena mereka tahu mereka saling
membutuhkan. Namun, satu sama lainnya pun sadar, bahwa ini hanya komplementer sementara dalam hidup
mereka. Bukan perpindahan kota yang menyebabkan kontrak mereka usai, namun
perpindahan perhatian. Si cowok dapatkan apa yang selalu di berikan oleh si
cewek dari istrinya(yang selama ini tinggal jauh di luar kota), dan si cewek
menemukan pasangan baru yang sehati dengannya. Dalam hidup ini, jangan
main-main dengan perjanjian, karena kita tidak pernah tahu yang akan terjadi
esok, lusa dan seterusnya. Namun, dari kisah yang saya gambarkan di atas jika
anda pahami, ini cukup berkaitan dengan the Low of attraction. Sejak awal si
cewek hanya berikrar setia, tanpa pernah menarik si cowok untuk ia miliki dalam
bayangan cita nya, sebaliknya si cowokpun sepertinya tidak pernah membayangkan
bagaiman akan hidup berdua dengan si cewek. Nah, bagi anda yang sedang menjalani ta’aruf, coba tariklah si dia dalam
impian anda, benar-benar visualisasikan bagaimana kelak anda akan hidup
dengannya. Eits, visualisasikan yang indah-indah saja ya,
Selamat “Menarik Impian”!
Cepu, 24 Juli 2014
Komentar
Posting Komentar