Langsung ke konten utama

Lelahmu Kan Tergantikan Bu!


Aku tahu hari ini  pasti akan datang, hari dimana aku akan melihat Ibu tercintaku terbaring kaku dengan senyum kedamaian dihadapanku. Aku terus memandangi wajah itu, karena aku tahu inilah saat terakhirku melihat senyum itu hadir nyata di hadapanku, setelah ini, tak tahu kapan lagi. Senyum itulah yang dulu selalu menyamangatiku, senyum itulah yang dulu selalu dihadiahkan untukku ketika Ibu melihat tingkahku yang lugu, tingkahku yang menyenangkan ataupun tingkahku yang melelakan.woalah Ran, kalo besok gag jadi wong sugih, rugi kamu!”. Aku masih ingat benar kalimat yang ibu ucapkan saat aku masih kecil dulu, ketika melihatku merengek meminta gendong ataupun diam-diam aku mengikuti ibu ke sawah lalu diam-diam pula aku naik keatas punggungnya. Entah mengapa, saat itu aku suka sekali menjahili ibu, membuat ibuku jengkel padaku, lalu dengan nada kesal ibu mengucapkan kalimat itu. Aku tersenyum kecil mengingat kejadian-kejadian masa kecilku bersama beliau. “Bu, Ibu belum berkata itu lagi padaku, lihatlah aku bu, aku sudah menjadi seperti yang ibu harapkan dulu, Bu beri kesempatan lagi padaku untuk melihatmu bangga bu!, aku tak akan nakal seperti dulu..!” Air mataku kembali menetes, menyesali waktu yang tak pernah kembali untukku. Hampir setahun setelah menikah, aku tak pernah menjenguk ibu, bahkan ketika Mas Bismo mengabari tentang keadaan ibu yang sedang sakit, akupun tak menyempatkan untuk pulang. “Maafkan aku bu!” . Aku memandang wajah itu lagi,memandang tubuh yang kini diam membisu, tubuh yang pernah berjuang keras untuk kehidupanku, tubuh yang pernah memelukku, member kehangatan kasih sayang padaku. Kelopak mata itupun seakan terkunci,tak ingin membuka dan seakan tak ingin melihatku lagi. Padahal aku tahu, dari mata itu diam-diam tanpa sepengetahuanku, pastilah sering meneteskan air mata  beriringan dengan doa yang keluar dari bibirnya. “Lho, sudah segede ini kog masih minta bobo ditemeni toh Ran,manja nya…!” Ucap ibusambil tersenyum mengusap-usap kepalaku. Waktu itu aku merasa sangat rindu pada ibu, setelah hampir Dua tahun menjalani pendidikan untuk jadi Profesional Pilot di negri lain, sehingga aku merasa seperti anak kecil yang rindu dan ingin tidur memeluk ibunya.“Ya gag papa, aku kan ragil bu, jadi patutlah kalau manja, mumpung belum beristri juga!” Jawabku sambil mendesak-desakan tubuhku ke arah tidur Ibu.Kini semua tinggal kenangan. Semangat , senyum ,kerja keras  dan doa ibu akan selalu mengalir di jiwa ku. Kini saatnya aku mengantarkanmu di peristirahatanmu Bu, tidurlah dengan damai dan berbahagialah selalu disana. Sampai kapanpun, Aku tak akan mampu membalas semua yang kau berikan padaku.Lelaplah Bu, lelaplah!Lelahmu akan tergantikan, ratusan Malaikat disana akan berebut untuk menggendongmu, menimangmu dan membahagiakanmu seperi yang kau lakukan pada anak-anakmu.Ibu, Aku bangga padamu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SIAPAKAH RATU KENCANA WUNGU SEBENARNYA?

Jika saya di tanya, siapakah   Kencana Wungu sebenarnya? Secara logis, saya akan menjawab, “Saya gak tau, karena pada masanya, saya belum menulis,dan memang belum ada”. Ah, hanya bercanda saja, ada beberapa sumber yang menceritakan tentang Ratu Majapahit ini. Ada yang mengatakan bahwa Kencono wungu adalah TRI BUANA TUNGGA DEWI (Ibunda Hayam Wuruk ), ada pula yang mengatakan bahwa beliau hidup pada masa Islam datang ke Nusantara, ada pula yang menceritakan bahwa beliau adalah Ibunda dari SUNAN GIRI (Pendiri Giri Kedaton ), nah di tulisan kali ini saya akan menceritakan yang versi Kencana Wungu, ibunda dari Sunan Giri. Majapahit adalah sebuah kerajaan besar yang didirikan pada tahun 1293 Masehi oleh Raden Wijaya yang bergelar Sri Kertarajasha Jayawardhana. Wilayahnya membentang dari ujung utara pulau Sumatera, sampai Papua. Bahkan Malaka yang sekarang dikenal dengan nama Malaysia termasuk ke dalam wilayahnya. Pada jaman itu bangsa Majapahit pernah menjadi negara adiku...

Terpaksa Merindukanmu

Celakanya, Kau pandai membuat hatiku terpaksa merindukanmu Jika seharusnya kau datang memberi kekuasaan, Tentunya dengan cepat kan kupilih untuk berpandai menikmati dan menyimpan rindu ini Dan sayangnya, Lagi-lagi tak ada toleransi! Kau hilang, aku tercengang-Cengeng! Seolah tersenyum bersemangat menggoda hari-hari yang terlewati sepi Dan sayangnya, Lagi-lagi tak ada toleransi, Kau pendai membuat hatiku Terpaksa merindukanmu Dian,diam menunggu!

RayNkarnasi ( reinkarnasi )

Sebelum tahun kabisat lalu habis, Aku bertemu sosokmu bi. Benar benar aku melihatmu ada pada dirinya. Singkat cerita, begitu inginnya aku kamu temui, Aku menariknya begitu kuat, sehingga dalm waktu cepat, aku mendapatinya ada di sisiku - Semau inginku. Kamu begitu manis dalam wadahnya, bahkan kadar sayangku untukmu kali ini juga cukup real,tentu saja bertambah, bersamaan dengan hukum relatifitas yang ada. Dan kamu masi sama seperti dulu, kamu tak pernah meninggiiku, selalu mengalah untukku, mengiyakan mauku dan tak pernah berani memaksaku begini begitu, kamu hangat dalam dingin, bersinar dalam gelap, lembut dalam tegaran, dan tersenyum tulus untuk segala sikapku yang menjengkelkan. Hai bi, you are real disitu! Apa yg dulu pernah kita tuliskan, satu persatu muncul ke permukaan. Mendaki, menyisir pantai, menyelam, bermain angin, balapan, ah... Satu persatu, come be true! And i enjoyed it. Beberapa kali ak tersadar, kamu yang disini hanya wadah, dan ini bukan kamu. Tapi ak mng...